Hari masih pagi, meski begitu beberapa penduduk suku tengger telah berjalan di lautan pasir menuju ke kawah gunung Bromo, Minggu (26/07/2007). Mereka membawa uang, hasil bumi, hewan ternak dan benda berharga lainnya. Barang-barang tersebut rencananya akan digunakan sebagai sesaji dan dilempar ke dalam kawah Gunung Bromo. Pada hari tersebut memang bertepatan dengan peringatan Kasodo. Sementara itu, di bibir kawah Bromo, belasan orang telah menunggu untuk berebut sesaji yang dilemparkan.
Sebagaimana diketahui, bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta /Jawa Kuno: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Caption : (1) Overview Gunung Bromo dan Gunung Batok dari lahan pertanian di kawasan Cemara Lawang. (2) Salah seorang penduduk Bromo yang berjalan mendaki lereng Gunung Bromo dan menuju kawah untuk melempar sesaji. (3/4) Sebagian penduduk yang menunggu dibibir kawah dan berebut sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah. (5) Dengan latar belakang Gunung Bromo, Unes, salah satu anak dari suku Tengger, berpose bersama ayam yang didapatkannya dari sesaji yang dilemparkan penduduk. (6/7/8) Masyarakat Tengger yang beragama Hindu melakukan sembahyang di Pura yang berada di kaki gunung dan dilanjutkan dengan membawa kerbau dan sesaji lainnya untuk dilempar ke dalam kawah.
Naskah: Boby & Wikipedia Indonesia
Foto: Boby NP/Matanesia
9 comments:
lho, kok dapet sehhhhhh...
iyo ya Sa, Boby dapet di kawahnya..
kita cm dpt pas wisuda dukun.
yah, bgitulah kalo dateng nunut org..
jd jdwl yo kudu menyesuaikan.
apes.. apesss...
he...he... saya malah gak dapet wisuda dukun.... sebenarnya saya juga nunut orang... tapi gpp... selama masih ada kesempatan motret... yuk...motret lagi....yukk
Salam...
Bob, setelah moco tulisanmu, wis mending aku ra sah apdet kasodo, lha wong aku sing paling parah, ra enthuk opo2, sih mending anton enthuk wisuda dukun. Berarti sing nunute paling salah yo aku yo... hehehe :D
oh.... iki to foto-foto kasodo Bromo-nya. Siiiplah & masih ada yang punya mata sehat... He.3X
(Ridlo'i/ACTA SURYA)
Bromo ...dulu kalau nggak kuat jalan naik kuda. Lha sekarang ...??
Bob, fotoe manteppp
Mbobi pancen mantep. Visual banget. Sampe saya merasa 'sangat tidak perlu' untuk membaca teks-nya. Koen pancen oke Mbob.
sangat berkarakter,... rasa-rasa gunungnya pas mas,...
belum pernah naik Bromo, Mas. cuma menikmati dari tipi dan sekarang lihat di blog ini...
Post a Comment